Berkunjung pada suatu pemakaman tentu jelas orang-orang menabur bunga, bersih-bersih kuburan dan membacakan doa ke Sang Khalik.
Ada hal yang berbeda saat saya berkunjung ke pemakaman Sunan Gunung Jati - Cirebon Jawa Barat.
Awal masuk kedalam wilayah pemakaman, saya sangat terkejut melihat begitu banyak orang berziarah dan ada apa gerangan di sini?
Sepertinya lokasi luar pemakaman sudah layaknya seperti pasar, ada yang berdagang pernak-pernik, makanan dan minuman, peminta sedeqah. Tapi, tidak satupun saya melihat orang yang menjual bunga rampai. Dan rasa penasaran saya menjadi-jadi.
Saya lebih masuk lagi kedalam pemakaman, selain peziarah yang membuat lokasi pemakaman itu rame, ternyata setiap satu meter adalah peminta sedeqah.
Mungkin barangkali di sini adalah budayanya atau memang tempat ini bisa mendapatkan rejeki yang baik buat mereka atau menurut mereka?
Nah, peminta sedeqah ini bukan saja dari orang-orang cacat maupun renta, tapi dari anak-anak remaja, orang dewasa bahkan dengan fisik yang masih sangat kuat.
Saya hanya tersenyum kecut.
Baik, untuk sementara kita lupakan tentang peminta sedeqah.
Di dalam pemakaman saya hanya berfikiran hanya akan ada satu kuburan Sunan Gunung Jati saja, akan tetapi banyak kuburan yang lain. Diantaranya kuburan para kerabat, pengikut dan keluarga besar Sunan Gunung Jati.
Dan kuburan Sunan Gunung Jati itu sendiri di bilikan dengan baik. kalau kita ingin melihat kuburannya hanya pada bulan muharam pada acara satu suro.
Saya terkejut melihat Kuburan yang berjejer bahkan bertingkat-tingkat susunannya dan telah menjadi sebuah bukit kuburan atau komplek pemakaman.
Ada yang di pasang kelambu dan di atap. Itu bagi para raja dan pemaisurinya.
Yang datang kepemakaman tersebut, bukan saja orang-orang setempat, ada yang dari Jakarta. (Jawa Barat) Bandung, Bogor. (Jawa Tengah) Magelang, Solo. bahkan dari (pulau Sumatera) Padang dan Aceh. Wow...
Ada yang bermaksud benar-benar berziarah, melancong atau hanya mencari tahu kebenaran kekayaan Budaya Indonesia.
Di luar dari itu semua, saya melihat cara mereka berziarah, dengan cara mengaji serentak dan suara yang lantang, sekalian membakar dupa.
Ini masih memakai Budaya Hindu..
Saya tidak membenarkan dan menyalahkan budaya seperti ini yang ada untuk ziarah kubur.
Coba kita lihat, baca kembali agama apa yang di anut dan di jalankan Sunan Gunung Jati.
Semoga pembaca bisa menarik kesimpulan dari tulisan saya ini.
Silahkan berkunjung ke wisata religi di pemakaman Sunan Gunung Jati - Cirebon Jawa Barat
Wassalam..










